Sunday, August 16, 2015

3 Hal yang Harus Dipersiapkan Sebelum Mengundurkan Diri Dari Pekerjaan

Persiapan Sebelum Mengundurkan Diri

Saya telah membaca artikel dimana-mana tentang mengapa seseorang harus resign atau mengundurkan diri dari pekerjaanya saat ini dan memulai bisnis mereka sendiri, atau mengapa itu termasuk hal yang bodoh seseorang masih bertahan di tempat kerjanya sekarang. Hal ini membuat saya mengingat kembali tentang perjalanan hidup saya dan ketika saya dihadapkan pada keputusan memulai usaha sendiri versus akan kembali bekerja. Seperti banyak dari kita mungkin sudah tahu, saya diberhentikan dari pekerjaan dengan penghasilan enam digit yang sangat menguntungkan dan dihadapkan pada keputusan apakah kembali bekerja untuk orang lain atau memulai sebuah perusahaan baru. Apa yang banyak dari kita tidak tahu adalah bagaimana saya melewati tahun-tahun yang sangat sulit dibanding tahun-tahun sebelumnya.
 Terlepas dari apakah kita menghasilkan 250 juta per tahun atau 2.5 milya per tahun, berhenti dari pekerjaan kita adalah sesuatu yang sulit dan berusaha bertahan melalui saat-saat tidak memiliki pekerjaan serta berusaha mencapai kesuksesan sebagai seorang wiraswasta adalah bagian tersulitnya.

Alasan mengapa banyak orang yang diberhentikan seperti saya pada akhirnya sukses adalah kami dipaksa keluar dari zona nyaman dan dihadapkan pada kenyataan sebenarnya. Bagi mereka yang masih bekerja, pasti sulit berpisah dengan sesuatu yang menopang kelangsungan hidupnya, zona kenyamanan dan keseimbangan antara hidup dan kerja yang dibangun diatasnya. Itulah mengapa, saya menemukan sesuatu yang menarik saat seseorang menyarankan pada saya bahwa saya seharusnya mengundurkan diri dari pekerjaan saya dan memulai sebuah perjalanan.

Sementara saya setuju bahwa kebebasan sejati tidak akan pernah dicapai dengan bekerja pada 9 - 5, saya juga memahami ada orang yang pindah pekerjaan karena masalah faktor keluarga. Saya ingin berbagi pengalaman yang unik tentang apa yang terjadi pada saya setelah saya dipecat, ini penting untuk diperhatikan dalam rangka membentuk mental kita. Bagian tersulit dan paling sulit adalah bukan hanya pada berkurangnya penghasilan, tetapi menyesuaikan diri dengan tidak adanya struktur dan arahan.

Sementara banyak orang dapat berargumen mereka adalah pemimpin di tempat kerjanya, dan tidak bergantung pada siapapun di tempat kerja, dan bahwa mayoritas kedudukan mereka mungkin menjual, tidak ada satupun yang dapat mempersiapkan kita dari perasaan hampa saat kita harus benar-benar memulai semuanya dari awal.

Tidak memikirkan struktur saat seseorang mengatakan padamu apa yang harus dilakukan sehari-hari, memikirkan struktur sebagaimana fakta kita menjual produk yang sudah ada (engineering), bekerja dalam perusahaan yang sudah mapan (pengenalan merk) dan dengan dukungan sistem yang menjamin kelangsungan hidup kita (gaji). Sekarang, tiba-tiba kita harus memulai dengan tanpa satupun hal tersebut. Meskipun kita berpikir bahwa itu dapat dilakukan dengan disiplin, kita tidak tahu bagaimana efek pada psikologis kita setelah kita mengalami dan menyadari betapa sulitnya itu. Hal ini bahkan lebih sulit lagi jika kita berada pada posisi yang tinggi pada perusahaan sebelumnya, karena semua usaha kita pada beberapa bulan pertama atau bahkan tahun tidak memungkinkan kita untuk mengkompensasi diri mendekati nilai yang kita buat sebelumnya.

Bagian kedua yang sangat sulit adalah bagaimana tabungan kita semakin lama semakin menipis saat gaya hidup sudah kita sesuaikan dengan berkurangnya penghasilan. Saat itu kita terpaksa melihat tabungan kita semakin menipis dan kita tidak memiliki apa-apa untuk mengisinya – yang akhirnya mencari pekerjaan lain adalah hal terpenting. kita akan menemukan seratus alasan mengapa mencari pekerjaan sementara adalah yang terbaik yang bisa kita lakukan.

Terakhir, pengunduran diri akan membuat kita menyadari betapa tidak relevan dan tergantikan posisi kita sebelumnya, tidak peduli seberapa tinggi posisi kita. Menyadari betapa mudah kita diganti dan seberapa cepat orang melupakan kita dapat membuat kita sedih.

Teman-teman di tempat kerja dulu yang kita kenal dekat akan berhenti menelepon dan biasanya hanya sekitar 1% yang tetap menjaga hubungan dengan kita. Kenyataannya adalah kita akan melihat berapa banyak orang yang tidak pernah benar-benar peduli pada kita, kecuali mereka memiliki alasan untuk itu. Hal ini sulit diterima jika sebelumnya kita adalah seorang pemimpin di perusahaan dan memiliki hubungan dekat dengan staf kita, kemudian mereka melupakannya begitu saja.

Saya menghadapi semua hal ini selama masa transisi saya dari seorang pemimpin perusahaan ke seorang pengusaha. Itu adalah hal yang sulit, tetapi saya melakukan beberapa hal dengan memposisikan diri saya sendiri dalam kesuksesan serta meninggalkan tahun-tahun pertama yang suram, yang mana menjadikannya lebih mudah untuk mengatasi realita yang berat akibat kehilangan pekerjaan.

1. Saya memiliki bisnis sampingan

Ketika saya dulu bekerja untuk orang lain, saya juga memiliki bisnis sampingan. Itu menghasilkan sekitar 300 juta setahun tetapi itu adalah sesuatu yang saya yakin masih bisa berkembang – sesuatu yang tidak harus saya mulai dari awal. Sementara saya memulai lagi dua bisnis lain, saya tahu yang pertama ini bukanlah sesuatu yang tidak memiliki daya tarik. Hal ini membuat lebih mudah untuk menyusun hari-hari saya, jadi saya sangat menyarankan setiap orang yang masih bekerja untuk orang lain mempertimbangkan untuk memulai dan mendirikan bisnis sampingan, meskipun hanya paruh waktu.

2. Saya mengakui sifat residual dari membangun bisnis saya sendiri

Saya mulai menjadi lebih produktif ketika saya mengakui bahwa gaji tahunan saya bukanlah merupakan indikasi layaknya saya, tetapi apa yang sudah saya bangun memiliki kelayakannya sendiri. Ketika memadukan nilai bisnis saya dengan apa yang saya dapatkan (yang mana kurang dari gaji terakhir saya), saya menyadari meskipun kurang di awal tetapi saya yakin dapat membuatnya jauh lebih banyak sekaligus. Bagian terbaiknya adalah tidak ada orang lain yang bisa mengambilnya dari saya.

3. Saya menyadari bahwa saya tidak pernah benar-benar bekerja untuk orang lain, tetapi selalu hanya benar-benar bekerja untuk diri sendiri

Saya menulis artikel ini sebelumnya tentang bagaimana menghadapi situasi di-PHK. Tapi adalah benar bahwa terlepas dari apakah kita mengumpulkan slip gaji atau tidak, melaporkan pada seseorang atau tidak, kita selalu sudah dan akan bekerja untuk diri sendiri. Hal ini mungkin belum jelas sekarang, tetapi ketika kita benar-benar telah berhenti bekerja hal ini akan lebih bisa dimengerti.

Pada kenyataannya, kita bekerja untuk keuntungan kita sendiri, bahkan ketika kita bekerja untuk orang lain, sehingga semua pengetahuan yang kita dapatkan dan semua tambahan pengalaman akan tetap bersama kita dan tidak pernah bisa diambil dari diri kita sendiri. Dikatakan bahwa kita akan selalu memandang diri kita sendiri pertama-tama, baru kemudian perusahaan kita.

Berhenti dari pekerjaan kita tidaklah mudah, dan seharusnya tidak dipicu oleh sebuah artikel tentang apa yang hilang dari kita, melainkan kenyataan bahwa tujuan kita tidak akan tercapai apabila kita masih bekerja dengan orang lain.

Ketika kita menyadari itu dan mempercayainya, itulah waktunya bagi kita mengundurkan diri dari pekerjaan.

sumber gambar : Alan Cleaver

No comments:

Post a Comment

Wahai Karyawan Seluruh Dunia, Berkomentar-lah!

Comments system

Disqus Shortname