Sering kali, beberapa teman memanggil saya dengan sebutan boss."Apa kabar boss?" Dan biasanya secara otomatis saya tersenyum dan hanya mengaminkan. Mudah - mudahan bisa jadi boss sungguhan.
Memang posisi saya sekarang di tempat kerja adalah seorang kepala bagian. Namun masih jauh dari embel - embel boss.
Pernah seorang teman kuliah datang berkunjung ke tempat kerja."Lu, ke sini naik apa?" Teman saya ingin mengetahui naik apa saya berangkat kerja.
"Gua, naik ojek." Jawab saya datar. Teman saya langsung terdiam.
"Hmmmm.... gua juga suka naik ojek. Kadang - kadang ke tempat kerja." Kata - katanya lebih bersifat penghiburan dibandingkan sebuah fakta.
"Tenang, di tempat gua juga banyak orang pindahan Unilever kok." Dia terus menghibur. Maksudnya bahwa kerja di Unilever belum tentu menyenangkan juga.
Saya hanya terdiam. Saya mengalihkan pembicaraan ke yang lain karena ada boss datang ke kami berdua. Jangan sampai ketahuan he he he.
Orang memanggil saya boss, karena mereka terlalu positive thinking. Mungkin dikaitkan dengan kondisi perusahaan kami yang sedang growth - growth-nya. Setiap hari iklan dan nama brand kami terpampang hampir di semua acara di semua saluran televisi.
Kalau saya sebutkan nama perusahaan dan merek kami, pasti kalian akan berfikiran yang sama. Namun, inilah saya. Seorang kepala bagian yang kalian sendiri tidak akan percaya kalau tidak sendiri. Tapi tidak apa - apa. Saya sudah bisa berdamai dengan diri sendiri. Dalam hati ini selalu ditekankan bahwa mungkin kemampuan saya memang layak dibayar segini; rejeki tidak hanya berasal dari gaji dan lain - lain. Saya tidak ingin kondisi saya sekarang membuat saya menyalahkan Tuhan, seseorang, keadaan dan apa saja. Bagi saya ya sudah nikmati saja semua. Mudah - mudahan ada jalan keluar bagi saya dan keluarga saya.
Saya sudah tidak marah. Cuma kadang - kadang saya suka merasa sedih dengan kondisi saya ini. Tetapi sejujurnya saya sudah tidak marah lagi. Seperti halnya ketika mau ketemu teman - teman SMA, ketika saya menelpon alamatnya dia bertanya. "Lu ke sini naik motor apa naik mobil?" Tanyanya.
Saya dengan datar menjawab, "Gua naik angkot."
Teman saya ini baik, dia berusaha menghibur saya."Tenanglah nanti kalau perusahaan Lu semakin besar, Lu juga bakalan naik."
Sejujurnya saya tidak tersinggung atas pertanyaannya dia. Saya sudah kebal. Dan teman saya tidak salah. Cuma kadang - kadang kalau tidak punya mobil, orang - orang suka memandang sebelah mata saya. Tapi tidak apa - apa.
Perusahaan saya sedang berbenah. Renovasi kantor dan pabrik dilakukan besar - besaran. Perluasan bangunan untuk peningkatan kapasitas produksi dilakukan. Ketika melihat master plan-nya, saya tertegun. Di sana ada tempat parkir yang cukup luas. Entah kenapa dalam fikiran saya, sepertinya saya tidak akan pernah punya mobil kalau terus - terusan bekerja di sini. Saya tidak bisa melupakan janji atasan saya dulu - dulu. Saya akan punya kendaraan di tahun kelima. Sekarang, saya hampir sembilan tahun bekerja, alhamdulillah baru punya motor. Tidak apa - apa, saya selalu berkeyakinan bahwa rejeki itu tidak hanya gaji, dan Tuhan Maha Kaya.
Rekan - rekan, doakan saya agar saya bisa pindah bekerja. Mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik. Mengembangkan diri lebih luas lagi, Kesempatan karir yang lebih baik. Amin. Saya tidak ingin kalian bersediah, cukup doakan saya.
No comments:
Post a Comment
Wahai Karyawan Seluruh Dunia, Berkomentar-lah!