Thursday, March 19, 2015

Balada Karyawan #15 Cerita Menantu Direktur

Terkadang memang benar ungkapan bahwa istri seorang jenderal lebih berkuasa dari jenderalnya itu sendiri. Dan aku semakin percaya 1000% karena aku telah menjadi "korbannya".

Kebetulan aku sekarang bekerja di sebuah perusahaan keluarga di daerah Jakarta. Bapak bertindak sebagai komisaris, ibu sebagai direktur dan kelima anak beserta menantunya menjadi manager - manager-nya.

Perusahaan ini dikelola dengan rasa kekeluargaan dan sikap saling percaya antara pemilik dan karyawannya yang cukup tinggi. Maka tak heran banyak karyawan yang sudah belasan bahkan puluhan tahun bekerja di sini tanpa adanya surat pengangkatan sebagai karyawan. Karena kami percaya bahwa pemiliknya ini adalah orang baik - baik. Mereka tidak akan mengeluarkan orang tanpa alasan yang jelas. Bagi kami mudah untuk menjumpai para pemilik ini dan bertegur sapa tanpa diikat oleh prosedural birokrasi.

Namun walau pun, diantara kenikmatan ini tetap ada bagian kecil yang kurang enak. Ya, itulah hidup. Tidak ada yang enak 100% atau tidak enak 100%. Dari ketiga anaknya, anak pertama dan kedua laki - laki serta anak ketiga perempuan, hanya anak perempuannya yang belum menikah. Kedua menantu dari ibu bapak dilibatkan dalam pengurusan perusahaan ini bersama perusahaan bersama suami - suami mereka. Salah satu dari menantu direktur ini ada yang mirip - mirip dengan ungkapan di awal tulisan ini.

Walau pun dia hanya seorang menantu direktur, kadang - kadang kekuasaannya melebihi pemiliknya sendiri. Terkadang aku merasa, walau pun terkesan subyektif, dia ingin segala perintahnya dilaksanakan. Padahal bisa jadi kalau perintahnya belum dilaksanakan karena memang masih ada hambatan atau ada prioritas yang harus dikerjakan. Dan celakanya, kalau kita tidak melaksanakan perintahnya, dia bisa - bisa membawa mertua, pemilik perusahaan ini, untuk menegur kita. Dan aku benar - benar pernah mengalaminya.

Sejauh ini yang aku ingat ada dua kejadian karena saking berkesannya. Yang pertama, waktu aku di staff quality control dan menantu direktur ini sebagai staff marketing.Suatu hari aku email dari menantu direktur ini. Dia meminta aku untuk mencarikan beberapa sampel pertinggal product untuk dianalisis terkait dengan permasalahan kualitas di pasaran. Kebetulan aku sedang sibuk dengan urusan lain. Permintaannya tidak dapat dipenuhi dengan cepat. Dan benar sekali kawan, aku didatangi oleh ibu direktur. Dia menegur saya.
"Mas, kenapa pesanana Mbak **** belum dikerjakan?"Tanya Bu Direktur. Dia bertanya dengan sopan.

Kontan aku kaget dan aku hanya bisa menjawab "iya" "iya" dan langsung mengerjakan apa yang diminta. Saat itu dapat dan saat itu pula aku kirim ke kantornya. Aku tidak mau cari perkara.

Kejadian yang kedua. Masalah air. Dalam sebuah percakapan email saya dan menantu direktur ini berbeda pendapat mengenai masalah air. Setelah itu diskusi yang cukup panas ini berakhir saya menganggap semuanya berlapang dada dan baik - baik saja. Tapi ternyata wahai kawan itu tidak benar. Ternyata masalahnya berlanjut.

Pagi - pagi sekali Pak Komisaris, orang yang saya hormati setelah orang tua saya, datang ke meja saya. Dia datang dan tentu bersama menantunya itu.
"Mas, bagaimana dengan penanganan air kita?" Tanya Bapak dengan sopan.
Aku yang ditanya seperti langsung gelagepan. Aku berusaha menjawab dengan baik dan apa adanya. Yang menohok ini, pertanyaan Bapak ini kurang lebih sama dengan pertanyaan menantu direktur di email. Gila, dia tidak percaya jawabanku. Dia tidak puas dengan jawaban aku, bapak mertua yang dia bawa. Ampun deh.

Untunglah Bapak percaya jawaban aku dan membenarkan aku. Selamatlah aku pagi itu.

Sejak kejadian terakhir ini, aku mengambil pelajaran. Janganlah aku lebih bodoh dari pada keledai. Keledai saja tidak jatuh ke dalam lubang yang sama. Sejak itu, aku bersumpah dalam hati tidak mau mencari - cari masalah dengan ibu satu ini, sang menantu direktur. Cukuplah kejadian ini. Sejak itu apa - apa yang dikatakannya aku iyakan. Apa - apa yang diminta aku kerjakan. Sungguh aku tidak mau mencari masalah. Sungguh aku masih mau bekerja di tempat ini.

No comments:

Post a Comment

Wahai Karyawan Seluruh Dunia, Berkomentar-lah!

Comments system

Disqus Shortname