Ternyata tujuan kami dikumpulkan adalah untuk diperkenalkan dengan Mr. X (sebutlah demikian) yang akan membantu menangani proyek - proyek perbaikan di perusahaan kami. Kami semua merasa senang ada "pihak luar" yang bisa memberikan pandangan - pandangan ke top management. Bukan rahasia umum lagi kalau top management lebih percaya pendapat "orang luar" apalagi tenaga ekspatriat atau bule dibandingkan "orang dalam". Padahal bisa saja isinya sama persis. Saya juga tidak mengerti mengapa atasan lebih mempercaya pendapat tenaga ekspatriat dibandingkan karyawannya sendiri.
Mula - mula Mr. X banyak berkecimpung di departemen RND. Hal ini bisa dimaklumi, dari ceritanya dia berpengalaman lebih 20 tahun di RND.
Karena merasa puas dengan kinerja, senior manager kami mulai menawarkan jasanya kepada departemen lain. Mula - mula kami merasa tidak membutuhkan, karena selama ini beberapa proyek ter-handle dengan baik. Namun karena atasan kami terus - terusan mempromosikan kemampuan tenaga ekspatriat; lebih tepatnya setengah memaksa, mungkin karena sudah mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk membayarnya, kami terpaksa mau mengikuti sesi konsultasi dengan dia.
Awalnya semua berjalan baik - baik saja. Namun kami seperti sadar. Apa - apa yang disampaikan oleh Mr. X bukanlah sesuatu yang baru. Kami sudah mengetahui dan memahaminya. Namun walau pun begitu senior manager kami terkagum - kagum dengan penjelasannya. Karena dia atasan kami, kami pun tidak berani protes.
Puncaknya adalah ketika Mr. X menawarkan beberapa program perbaikan untuk perusahaan kami. Dia memasukkan lewat salah satu senior manager kami yang sangat "kesengsem" oleh Mr. X. Kami semua dikumpulkan dan disodori semua program - program perbaikan dari Mr. X.
Sejujurnya tidak ada program baru yang Mr. X tawarkan.
Dia menawarkan program GMP, kami sudah menerapkan lima tahun lalu walaupun belum sempurna dan kami perbaiki terus menerus.
Dia menawarkan progam ISO 9001, kami juga sedang menerapkan dan saya menjadi management representative-nya.
Dia menawarkan program restrukturisasi di departemen produksi, rekan saya yang di departemen produksi sana sedang mengerjakan. Dan lain - lain.
Karena sudah tidak tahan, akhirnya kami satu - satu mulai membuka mulut. Kami jelaskan bahwa semua yang dia bawa kami sudah tahu. Apa yang Mr. X tawarkan kami sedang kerjakan. Senior manager kami yang "kesengsem" Mr. X ngotot bahwa yang dibawa Mr. X berbeda. Diskusi yang mula - mula tenang berubah menjadi panas.
Untunglah ada senior manager lain yang lebih waras. Dia mulai menanyakan keberatan kami. Akhirnya kami menjelaskan semua keberatan kami. Dia tidak membawa sesuatu yang baru; dia menawarkan proyek yang jelas - jelas kami kerjakan. Kami tidak mau memakai tenaganya. Dari pada mahal - mahal bayar tenaga ekspatriat yang belum tentu lebih, lebih baik bayar saya aja.
Jadi yang membuat seorang tenaga ekspatriat dibayar mahal adalah karena atasan anda yang percaya, bukan karena kemampuannya. Ini ceritaku, mana ceritamu? Komen dong di sini :)
No comments:
Post a Comment
Wahai Karyawan Seluruh Dunia, Berkomentar-lah!