Thursday, June 25, 2015

Balada Karyawan #16 Atasan Yang Bikin Geleng Geleng Kepala

Hallo para karyawan sejati di mana pun Anda berada. Kali ini saya mau menceritakan salah satu boss saya.

Ada beberapa hal tindakannya yang bisa bikin geleng - geleng kepala. Namun apa boleh buat, karena dia boss saya ya kita ikut saja. Ditambah lagi dia adalah salah satu pemilik dari perusahaan dimana saya bekerja.  Sudah lengkaplah semuanya.

Sebagai informasi buat para karyawan sejati, saya bekerja di sebuah perusahaan keluarga. Bapak, ibu, anak dan menantu serta beberapa sanak saudaranya ikut bahu membahu menjalankan perusahaan ini.

Impulsif
Boss saya ini impulsif. Kalau di kepalanya terlintas sebuah ide yang menarik, maka dia bisa mengumpulkan kami semua secara mendadak untuk mendengarkan paparan dia mengenai ide tersebut. Dan ini bisa memakan waktu berjam - jam. Dan yang bikin geleng - geleng kepala, kadang - kadang idenya tidak bisa langsung dieksekusi. Bisa jadi karena susah dieksekusi atau karena hal - hal yang lain juga belum selesai untuk dieksekusi. Malah kadang - kadang bisa jauh dari apa yang kita kerjakan sekarang.

Pernah dalam sebuah meeting rutin bulanan dia masuk ke dalam forum. Bukannya membahas agenda meeting yang sudah disiapkan jauh - jauh hari, eh dia malah membawa topik yang berbeda. Dan maaf yang bikin kita kesal adalah gara - gara dia, waktu kita jadi tersita dan agenda yang sudah ada jadi berantakan. Meeting yang susah payah dipersiapkan menjadi tidak ada artinya karena tidak ada keputusan yang dihasilkan. Karena tindakannya pemimpin rapatnya kehilangan mood untuk melanjutkan rapat.

Menabrak aturan
Sebagai seorang atasan, hendaknya boss saya ini memberikan teladan dalam mentaati aturan - aturan perusahaan. Kadang - kadang ini malah sebaliknya. Misalnya : ketika Pak Direktur mewajibkan untuk membuat laporan, notabene adalah bapaknya, boss saya terang - terangan mengatakan ini, "Buat apa buat laporan, yang penting kerja saja." Pernyataan dia ini jelas membuat kita bingung. Yang satu menyuruh membuat laporan, eh yang satunya lagi melarangnya. Terus terang kami jadi bingung. Akhirnya kami ada yang buat laporan ada yang tidak.

Terlalu Menggampangkan
Yang dimaksud dengan menggampangkan di sini adalah kalau suatu kesalahan terjadi dia menggampangkan begitu saja. Misalnya ketika membuat sebuah bangunan baru. Bisa jadi dalam proses pembangunan bisa dua tiga kali dibongkar. Alasannya kurang sesuai dengan keinginan. "Saya kurang setuju sama bentuknya. Bongkar saja." Tidak peduli pondasi sudah dibuat dan sudah naik bata. Kalau harus dibongkar ya dibongkar.

Pernah mandornya mengungkapkan isi hatinya kepada saya. Mengeluhkan proses bongkar pasang padahal sebagian sudah jadi.
"Yang penting Bapak tetap digaji." Jawab saya.
"Iya Mas. Tapi sayang bahan - bahannya." Balas sang mandor.
Saya langsung terdiam.

Proses bongkar - bongkaran ini disebabkan oleh perencanaan yang kurang matang. Nah, perencanaan yang kurang matang ini juga karena sifat dia yang terlalu mengampangkann." Sudah ini mah gampang. Langsung saja dikerjakan," begitu katanya.

Dan kebiasaan menggampangnkannya ini merembet kemana - mana. Kalau sudah terjadi masalah kita jadi pusing untuk menanggulanginya. Untungnya boss saya ini mau bertanggung jawab kalau ada masalah. Tidak lempar batu sembunyi tangan.

Terkadang, saya suka bicara dalam hati bahwa boss saya ini bisa begini bisa begitu; mengelola dengan gayanya dia, karena dia bekerja di perusahaannya sendiri. Coba kalau bekerja di perusahaan orang lain belum tentu.

Dan kami sering berdoa, mudah - mudahan boss saya yang satu ini segera terbuka mata hatinya. Karena apa - apa yang dilakukannya ini bisa membahayakan kondisi perusahaan. Ya Tuhan kabulkanlah permohonan kami ini. Aamiin.

Ini boss saya, mana boss Kamu?

No comments:

Post a Comment

Wahai Karyawan Seluruh Dunia, Berkomentar-lah!

Comments system

Disqus Shortname