Thursday, October 9, 2014

Balada Karyawan #13 Menantu Direktur

menantu direktur
Menantu Direktu

Hallo para karyawan sejagat,
pada kesempatan kali ini saya mau menceritakan salah satu atasan yang merupakan menantu Direktur. Kebetulan saya bekerja di sebuah perusahaan nasional modal nasional (PMDN) milik sebuah keluarga. Jadi, Bapak sebagai komisaris, ibu sebagai direktur utama dan anak menantunya sebagai senior manager.

Sebenarnya saya merasa secara keseluruhan keluarga pemiliik/ pemegang saham perusahaan ini cukup baik. Namun yang saya tidak tahan adalah sikap dari atasan saya yang merupakan menantu direktur.

Ada beberapa hal yang saya tidak sukai, antara lain :

1. Menabrak Prosedur
Atasan saya ini suka menabrak prosedur kalau sedang mengejar tenggat pekerjaan. Kalau sekali dua kali dan atas dasar yang kuat mungkin tidak masalah. Sebagai contoh untuk mengejar launching produk, dia memerintahkan untuk melewati uji stabilitas. Alih - alih untuk mempercepat proses malah menjadi memperlama. Karena tidak melewati uji stabilitas, maka kita tidak tahu kestabilan produk di luar sana. Dan yang terjadi adalah, kita harus menarik produk yang kadung sudah dilepas ke pasaran, melakukan rework dan membuatnya lagi. Sudah lama, lebih mahal lagi karena harus ada rework dan produksi ulang. Dan anehnya, atasan saya ini tidak pernah kapok untuk tidak menabrak prosedur yang seharusnya.

2. Melewati Wewenang
Terkadang beliau tidak segan - segan untuk mengintervensi pekerjaan karyawan yang bukan koordinasinya secara langsung tanpa meminta izin atasannya langsung. Hal ini terutama kalau ada sesuatu yang berjalan tidak seharusnya. Dia bisa langsung memberikan instruksi ini itu, padahal bukan wewenangnya. Kalau sudah begini biasanya untuk mencari aman adalah saya mengkonsultasikan dengan atasan saya bahwa saya diminta ini dan itu. Biar deh atasan saya dan dia yang "bernegosiasi".

3. Melempar Tanggung Jawab
Adalah beberapa kasus yang cukup merugikan perusahaan. Misalnya kasus dia menyetujui pembelian barang yang tidak seharusnya, ketika ramai masalah ini diperbincangkan sampai ke atas, dia melemparnya ke bagian purchasing. Ketika ada kasus dia memberi persetujuan kepada bawahan untuk menandatangani kontrak yang ternyata bisa merugikan perusahaan. Ketika ditanya direktur dia tidak mengakui bahwa telah memberikan persetujuan. Pendek kata dia suka melempar tanggung jawab.


4. Jurus Ampuh : Membawa Sang Mertua
Dan terakhir adalah jurus ampuhnya. Kalau instruksi menantu direktur ini tidak kita kerjakan dengan segera, maka dia akan membawa jurus ampuh : membawa mertuanya alias direktur untuk menegur kita. "Mas, mengapa perintahnya Bu xxxx tidak dikerjakan? Ada masalah apa?" Tegur sang direktur.
menantu direktur
Menantu Direktur

Walau pun nadanya sopan, kalau ditegur direktur ya saya takut juga. Karena dia yang menggaji saya. Kalau sudah begitu buru - buru instruksi dari Bu xxxx tersebut saya kerjakan.

Cukuplah empat hal sifat atasan saya ini. Mudah - mudahan atasan saya ini berubah. Karena apa yang dilakukan tidak baik untuk dirinya dan perusahaan, apalagi dia menantu direktur. Apakah anda memiliki pengalaman yang sama dengan saya?




sumber gambar : http://morguefile.com

No comments:

Post a Comment

Wahai Karyawan Seluruh Dunia, Berkomentar-lah!

Comments system

Disqus Shortname